Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

ASAL TUHAN SENANG: BERITA DI MINGGU ADVENT KEEMPAT

Jemaat GKY Singapore yang terkasih, Hanya tinggal satu lilin—yaitu yang paling tinggi dan yang berwarna putih—yang belum dinyalakan. Minggu lalu, lilin keempat telah dinyalakan di awal ibadah, menandakan kita telah berada di minggu Advent keempat, dan perayaan Natal telah di depan mata. Maka ada baiknya kita berhenti dan menoleh sejenak ke belakang, yaitu ke minggu-minggu Advent yang telah berlalu. Pesan firman Tuhan di minggu Advent yang pertama mengingatkan kita bahwa Natal seharusnya disongsong dengan kerinduan yang besar dan kesiapan yang maksimal untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Natal mengingatkan kita akan fokus hidup kita. Bagaimana menjaga fokus hidup kita semasa kita masih hidup di dalam dunia ini? Firman Tuhan di minggu-minggu Advent berikutnya menolong kita. Pertama , hidup kita perlu diisi dengan pertobatan. Kita harus sadar bahwa kita adalah “simul iustus et peccator,” kata Martin Luther. Kita, di saat yang sama, adalah orang yang dibenar

BAWA MEREKA KEPADA TERANG ITU: BERITA DI MINGGU ADVENT KETIGA

Jemaat GKY Singapore yang terkasih, Lilin Advent yang ketiga sudah menyala di ibadah Minggu kemarin. Itu artinya hanya tinggal satu lilin lagi yang tersisa, atau satu hari Minggu lagi sebelum kita merayakan Natal di tahun ini. Satu pertanyaan penting yang harus kita refleksikan adalah: "Sudah seberapa serius kita mempersiapkan diri? Apakah kita telah berdisiplin dalam mempraktikkan pesan firman Tuhan?" Firman Tuhan di Minggu Advent yang ketiga berbicara tentang seorang saksi yang memberi kesaksian tentang Kristus, sang Terang itu. Saksi yang dikenal dengan nama Yohanes Pembaptis itu mengajak kita untuk sekali lagi menyadari siapa diri kita dan untuk apa kita hidup. Sebagai saksi, Yohanes Pembaptis hanya punya satu tujuan dalam hidupnya: membawa orang kepada Kristus. Kehidupan seperti itulah yang juga harus kita miliki dan jalani. Bagaimana kita bisa membawa orang kepada Kristus lewat kehidupan kita sehari-hari? Mari kita ibaratkan diri kita sebagai sebuah cermin. Fungsi

Mengalahkan Dunia atau Mengalah Pada Dunia?

Malam ini saya membaca 1 Yohanes 5.  Di antara 21 ayat, saya tertarik dengan ayat 4-5, khususnya versi terjemahan The Message dari Eugene Peterson. Begini bunyinya: " Every God-begotten person conquers the world’s ways. The conquering power that brings the world to its knees is our faith. The person who wins out over the world’s ways is simply the one who believes Jesus is the Son of God ." Ayat tersebut menyatakan satu kebenaran yang penting bagi anak-anak Tuhan: iman kitalah, yaitu kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus, yang membuat kita mengalahkan dunia. Dengan kata lain, jika kita sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan Yesus, dan tentu saja hidup dengan iman tersebut, maka sebenarnya kita telah mengalahkan dunia dengan segala kekuatan dan tawarannya yang menyesatkan. Iman yang sejati, yaitu menyerahkan hidup secara total kepada Tuhan dan mempercayai Tuhan dalam kondisi apapun, cukup untuk mengalahkan dunia. Namun sebagaimana judul artikel ini, seringkali kita mungki

BERTOBATLAH: BERITA DI MINGGU ADVENT KEDUA

Jemaat GKY Singapore yang dikasihi Tuhan, Kita baru saja merayakan minggu Advent yang kedua. Jika saudara ingat, dua lilin berwarna ungu telah dinyalakan di dalam ibadah minggu kemarin. Lilin-lilin tersebut mengisyaratkan dua hal: Natal 2014 akan segera tiba, dan Advent yang kedua yaitu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali pun kian mendekat. Fokus hidup kita adalah menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Firman Tuhan di minggu Advent yang kedua memanggil kita untuk kembali bertobat. Menarik sekali karena kita mungkin jarang mengaitkan masa Natal dengan pertobatan. Kita mungkin berpikir: "Bukankah Natal adalah momen penuh sukacita? Tuhan Yesus datang untuk kita. Untuk apa lagi kita bertobat? Bertobat mungkin lebih cocok dilakukan di masa Lent, yaitu masa-masa yang cenderung lebih kontemplatif dan sendu. Tapi tidak di masa Natal!" Namun sejatinya, Natal adalah panggilan yang penuh kasih dari Tuhan agar manusia mau menerima anugerah-Nya dan bertobat dari do

Great is Thy Faithfulness

Judul di atas adalah satu dari beberapa himne yang saya dan istri sukai, bahkan sejak kami masih di seminari. Lagu ini spesial karena dua alasan.   Pertama , masa-masa pacaran kami banyak dipenuhi dengan air mata.   Kedua , masa-masa studi juga ditempuh dengan berbagai pergumulan. Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Kasih setia-Nya betul-betul "s'lalu baru tiap pagi." Hari Minggu kemarin saya dan istri memperingati sekali lagi kasih setia Tuhan yang tidak pernah berubah, khususnya dalam kehidupan pernikahan kami.  Saya seakan masih tidak percaya bahwa empat tahun silam, yaitu 7 Desember 2010, Tuhan mempersatukan kami dalam ikatan pernikahan kudus.  Tuhan sangat baik bagi kami.  Masa-masa yang sebelumnya dipenuhi dengan tangisan, digantikan dengan sukacita yang melimpah selama 4 tahun ini. Tentu saja ada kalanya kami gagal mengasihi dan menghormati satu sama lain. Namun inilah berita baiknya: Tuhan tidak pernah gagal dalam membentuk kami lewat berbagai kegagalan

RINDU DAN BERJAGA: BERITA DI MINGGU ADVENT PERTAMA

Jemaat GKY Singapore yang dikasihi Tuhan, Hari minggu kemarin (30/11), kita telah memasuki minggu Advent yang pertama di tahun 2014.  Advent berbicara tentang dua hal: menoleh ke belakang, ke peristiwa Advent yang pertama, yaitu kelahiran Kristus; dan menatap ke depan, ke peristiwa Advent yang kedua, yaiut kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Ada dua kata kunci yang kita telah pelajari dari khotbah kemarin: Rindu dan Berjaga. 2 teks Perjanjian Lama (Yes. 64:1-9 dan Maz. 80:2-8, 18-20) adalah seruan umat Tuhan yang rindu agar Tuhan segera datang dan melawat mereka.  2 teks Perjanjian Baru (1Kor. 1:3-9 dan Mrk. 13:24-37) mengajak kita untuk berjaga atau fokus di dalam penantian kita akan kedatangan Tuhan yang kedua kali.  Rindu dan berjaga, adalah dua sikap yang harus kita miliki, baik di dalam menyongsong natal tahun ini, maupun di dalam menyongsong Advent yang kedua. Bagaimana memelihara sikap hati yang rindu akan Tuhan dan kedatangan-Nya? Di tengah aktivitas rutin saudara,

I Praise God for the Past Ten Years

Sabtu lalu kami sekeluarga melanjutkan perjalanan cuti ke kota kelahiran saya, Balikpapan.   Bandara Internasional Sepinggan betul-betul berbenah total.   Diam-diam rasa bangga menyelimuti hati, karena menurut tebakan saya, nantinya bandara ini akan menjadi salah satu bandara terbaik di Indonesia.   Senang rasanya bisa melihat kota yang dijuluki kota terbersih ini mengalami kemajuan pesat di kurun waktu 10 tahun terakhir.   Ada tiga berkat semasa liburan di Balikpapan.   Di hari Minggu, kami sekeluarga—saya, istri, anak, mama, dua adik, dan adik ipar—beribadah di GKY Balikpapan.  Tidak seperti biasanya, kali ini seusai ibadah saya menolak ajakan beberapa jemaat untuk makan siang bersama.  Saya sudah janji dengan keluarga untuk makan bersama, karena malamnya adik ipar saya harus kembali ke kota lain untuk bekerja di hari Senin.  Setelah makan, pelayan restoran membawa sebuah cheese cake dengan beberapa lilin menyala di atasnya.  “Happy Birthday Lilian, Lucky, Selena,” begitulah tu

Personal Retreat: Last Day

Siang tadi, usai sudah masa-masa pertapaan saya di almamater tercinta.   Tidak banyak yang saya lakukan setengah hari ini.   Pagi tadi saya menghabiskan introduksi sebuah buku tentang worship.  Jadi total ada empat buku yang saya habiskan bagian introduksinya—sekitar total 100an halaman—dalam 2 malam.   Satu buku tentang Jonathan Edwards, 3 tentang ibadah.   Tujuannya memang mencari-cari buku yang baik untuk menambah perbendaharaan perpustakaan pribadi, serta mempersiapkan bahan untuk riset di kemudian hari.   Keputusannya, dalam waktu dekat dua dari empat buku tersebut akan saya beli.   Sisanya akan dibeli ketika APBN dalam kondisi baik :) Setelah kebaktian pagi selesai, saya langsung menuju gedung rektorat, tempat di mana para dosen berkantor.  Kebetulan saya ada janji untuk berbincang-bincang dengan salah seorang dosen saya.  Tidak ada yang serius.  Kami ngobrol ringan, saling meng- update , dan salah satunya adalah membicarakan rencana saya untuk studi lanjut tahun depan.  Bel

Personal Retreat: Day 2

Peniel Chapel, adalah tempat yang sangat berkesan bagi saya.  Khotbah saya yang terakhir sebagai mahasiswa tingkat akhir adalah di chapel ini.  Sampai hari ini saya masih ingat apa yang saya khotbahkan, yaitu terambil dari Roma 12:2.  Waktu itu (2007), naskah khotbah saya ditulis dengan tangan karena SAAT baru saja menempati kampus yang baru, sehingga laboratorium komputer belum bisa digunakan.  Chapel ini juga menjadi saksi bahwa saya pernah ada di situ sendirian, menangis dalam doa kepada Tuhan.  Waktu itu seingat saya, adalah salah satu masa terberat saya selama menjalani studi di seminari.  Ruang ini juga sangat bersejarah karena di dalamnya saya diwisuda di tahun 2009. Bahagianya bukan main karena studi yang telah dijalani selama 4 tahun + 1 tahun praktik akhirnya membuahkan hasil. Hari ini, sebagai bagian dari retreat pribadi, saya pun melangkah menuju Peniel Chapel untuk mengikuti kebaktian pagi (9.40 AM).  Unik sekali karena sebenarnya kebaktian telah berpindah di auditori

Personal Retreat: Day 1

Hari ini adalah hari yang telah saya tunggu-tunggu selama beberapa minggu terakhir.  Bukan karena sejak kemarin hingga beberapa hari ke depan saya sedang masa cuti, namun karena cuti kali ini diisi dengan cara yang berbeda.  Selain mengunjungi orangtua istri, saya berkesempatan untuk kembali ke almamater saya di SAAT Malang.  Spesial, karena kali ini saya memutuskan untuk menginap selama dua malam di kampus.  Tujuannya sederhana: kembali ke masuk ke dalam ritme kehidupan seminari yang dulu mungkin tidak terlalu saya sukai tetapi sekarang saya rindukan (meditasi pagi, chapel, dll), masuk ke perpustakaan untuk studi mandiri, dan bersekutu dengan para mahasiswa dan dosen.  Doa saya adalah semoga Tuhan berkenan berbicara sesuatu kepada saya secara pribadi selama dua malam ini.  Saya bersyukur karena SAAT sudah seperti rumah sendiri, yang selalu terbuka untuk menerima para alumni. Sore tadi saya sudah check-in di SAAT.  Kebetulan rumah mertua dan kampus cuma “sepelempar batu jauhn

Jonathan Edwards

Sinners in the Hands of an Angry God , mungkin adalah salah satu khotbah yang paling fenomenal di dalam sejarah gereja Kristen, khususnya di Amerika.  Khotbah yang disampaikan kepada jemaat di Enfield, Connecticut, pada tanggal 8 Juli 1741 ini terambil dari teks Ul. 32:35.  Mungkin kita membayangkan khotbah tersebut disampaikan dengan nada yang setengah berteriak, mata melotot, dan tangan yang menunjuk-nunjuk ke arah jemaat. Namun sebenarnya menurut Wiersbe, hari itu Edwards berkhotbah sebagaimana biasanya: tenang, cenderung membaca naskah, dan hampir tidak menatap jemaat.  Saya yakin sebagian besar orang Kristen di zaman sekarang tidak tertarik dengan gaya khotbah Edwards. Tapi hari itu sebuah kebenaran yang kerap dilupakan oleh banyak orang dinyatakan oleh Tuhan: Roh Kudus bisa bekerja dengan luar biasa dengan cara-cara yang nampaknya biasa di mata manusia. Jonathan Edwards dilahirkan di sebuah keluarga pendeta pada tanggal 5 Oktober 1703 di East Windsor, Connecticut.  Ayahnya

Matthew Henry

Sebagaimana catatan yang saya posting  di FB beberapa hari lalu, dalam beberapa waktu ke depan  blog saya akan didominasi oleh beberapa tokoh Kristen di masa lampau.  Saya berhutang banyak pada karya Warren Wiersbe, 10 People Every Christian Should Know: Learning from Spiritual Giants of the Faith  (Kindle Edition; Grand Rapids: Baker, 2011). Sama seperti Wiersbe, kita akan mulai dengan seorang tokoh besar bernama Matthew Henry. Sebagian kecil orang Kristen dan sejumlah besar mahasiswa teologi, dosen teologi, dan pendeta, pasti pernah membaca tafsiran Alkitab karya Matthew Henry. Tafsiran Henry begitu terkenal sampai-sampai George Whitefield, pengkhotbah terkenal di tahun 1700an, selalu membawa buku ini kemana pun dia pergi.  Bahkan Charles Spurgeon, pengkhotbah ternama di tahun 1800an pernah merekomendasikan agar setiap pemberita Injil membacanya secara menyeluruh paling tidak sekali seumur hidup. Matthew Henry lahir di Broad Oaks, Shropshire, Inggris pada tanggal 18 Oktober 16

Lilian Natalie Susanto

“Anggota keluarga ‘Susanto’ yang mempersembahkan hidupnya dengan kemurnian,” itulah arti nama anak kami.  Lilian diambil dari bunga lily yang melambangkan “ purity ,” Natalie berasal dari kata Ibrani “ nathan ” yang berarti “ to give ,” sementara Susanto adalah nama belakang almarhum papa saya.  Ada dua alasan utama mengapa kami memberikan anak kami nama tersebut.   Alasan Praktikal: Nama pertama haruslah diawali dengan huruf “L” karena nama papanya dimulai dengan huruf “L.”  Setelah beberapa kali upaya persuasif, menyerahlah istri saya :) Nama pertama harus simple untuk ditulis karena orang Indonesia sering salah ketik/tulis nama orang lain, dan pronounciation -nya harus sama, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (bandingkan dengan nama saya yang pelafalannya berbeda dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; jadi bikin bingung) Nama terdiri dari tiga kata karena istri saya mau anak kami punya family name ; memang penting sih untuk mengurus dokumen-dokumen res