Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

I Praise God for the Past Ten Years

Sabtu lalu kami sekeluarga melanjutkan perjalanan cuti ke kota kelahiran saya, Balikpapan.   Bandara Internasional Sepinggan betul-betul berbenah total.   Diam-diam rasa bangga menyelimuti hati, karena menurut tebakan saya, nantinya bandara ini akan menjadi salah satu bandara terbaik di Indonesia.   Senang rasanya bisa melihat kota yang dijuluki kota terbersih ini mengalami kemajuan pesat di kurun waktu 10 tahun terakhir.   Ada tiga berkat semasa liburan di Balikpapan.   Di hari Minggu, kami sekeluarga—saya, istri, anak, mama, dua adik, dan adik ipar—beribadah di GKY Balikpapan.  Tidak seperti biasanya, kali ini seusai ibadah saya menolak ajakan beberapa jemaat untuk makan siang bersama.  Saya sudah janji dengan keluarga untuk makan bersama, karena malamnya adik ipar saya harus kembali ke kota lain untuk bekerja di hari Senin.  Setelah makan, pelayan restoran membawa sebuah cheese cake dengan beberapa lilin menyala di atasnya.  “Happy Birthday Lilian, Lucky, Selena,” begitulah tu

Personal Retreat: Last Day

Siang tadi, usai sudah masa-masa pertapaan saya di almamater tercinta.   Tidak banyak yang saya lakukan setengah hari ini.   Pagi tadi saya menghabiskan introduksi sebuah buku tentang worship.  Jadi total ada empat buku yang saya habiskan bagian introduksinya—sekitar total 100an halaman—dalam 2 malam.   Satu buku tentang Jonathan Edwards, 3 tentang ibadah.   Tujuannya memang mencari-cari buku yang baik untuk menambah perbendaharaan perpustakaan pribadi, serta mempersiapkan bahan untuk riset di kemudian hari.   Keputusannya, dalam waktu dekat dua dari empat buku tersebut akan saya beli.   Sisanya akan dibeli ketika APBN dalam kondisi baik :) Setelah kebaktian pagi selesai, saya langsung menuju gedung rektorat, tempat di mana para dosen berkantor.  Kebetulan saya ada janji untuk berbincang-bincang dengan salah seorang dosen saya.  Tidak ada yang serius.  Kami ngobrol ringan, saling meng- update , dan salah satunya adalah membicarakan rencana saya untuk studi lanjut tahun depan.  Bel

Personal Retreat: Day 2

Peniel Chapel, adalah tempat yang sangat berkesan bagi saya.  Khotbah saya yang terakhir sebagai mahasiswa tingkat akhir adalah di chapel ini.  Sampai hari ini saya masih ingat apa yang saya khotbahkan, yaitu terambil dari Roma 12:2.  Waktu itu (2007), naskah khotbah saya ditulis dengan tangan karena SAAT baru saja menempati kampus yang baru, sehingga laboratorium komputer belum bisa digunakan.  Chapel ini juga menjadi saksi bahwa saya pernah ada di situ sendirian, menangis dalam doa kepada Tuhan.  Waktu itu seingat saya, adalah salah satu masa terberat saya selama menjalani studi di seminari.  Ruang ini juga sangat bersejarah karena di dalamnya saya diwisuda di tahun 2009. Bahagianya bukan main karena studi yang telah dijalani selama 4 tahun + 1 tahun praktik akhirnya membuahkan hasil. Hari ini, sebagai bagian dari retreat pribadi, saya pun melangkah menuju Peniel Chapel untuk mengikuti kebaktian pagi (9.40 AM).  Unik sekali karena sebenarnya kebaktian telah berpindah di auditori

Personal Retreat: Day 1

Hari ini adalah hari yang telah saya tunggu-tunggu selama beberapa minggu terakhir.  Bukan karena sejak kemarin hingga beberapa hari ke depan saya sedang masa cuti, namun karena cuti kali ini diisi dengan cara yang berbeda.  Selain mengunjungi orangtua istri, saya berkesempatan untuk kembali ke almamater saya di SAAT Malang.  Spesial, karena kali ini saya memutuskan untuk menginap selama dua malam di kampus.  Tujuannya sederhana: kembali ke masuk ke dalam ritme kehidupan seminari yang dulu mungkin tidak terlalu saya sukai tetapi sekarang saya rindukan (meditasi pagi, chapel, dll), masuk ke perpustakaan untuk studi mandiri, dan bersekutu dengan para mahasiswa dan dosen.  Doa saya adalah semoga Tuhan berkenan berbicara sesuatu kepada saya secara pribadi selama dua malam ini.  Saya bersyukur karena SAAT sudah seperti rumah sendiri, yang selalu terbuka untuk menerima para alumni. Sore tadi saya sudah check-in di SAAT.  Kebetulan rumah mertua dan kampus cuma “sepelempar batu jauhn