Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Happy New Year!

"Apa?! Ga salah? Bulan November saja masih belum berlalu, dan penulis blog ini sudah mengucapkan selamat tahun baru?" Ya, betul. Anda tidak salah baca. Saya benar-benar mengucapkannya setulus hati saya kepada teman-teman semua. Dan, saya tidak salah membaca kalendar. Oh, tentu keliru jika mengacu pada civic calendar , yang memulai tahun baru di tanggal 1 Januari. Tetapi jika mengacu pada liturgical calendar , maka Minggu ini adalah tahun yang baru untuk kita. Hari ini (waktu Grand Rapids) adalah Minggu Advent yang pertama. Spontan muncul dalam ingatan saya: "Rasanya baru kemarin saya menulis pesan pastoral kepada jemaat GKY Singapore via blog selama 4 Minggu Advent. Rupanya sudah 1 tahun berlalu sejak saat itu." "Advent, berarti Natal sudah dekat. Sebagian orang spontan bernostalgia, mengenang memori yang indah di Natal-natal sebelumnya. Sebagian lagi memilih sikap sinis, karena terlalu pesimis melihat dunia ini tidak kunjung damai meski sang Raja dama

Istriku

Engkau tidak marah ketika orang lain memanggilmu Ibu Lucky,      meski nama yang diberikan orangtuamu mungkin lebih indah Engkau tidak keberatan ketika harus lebih banyak mengerjakan urusan domestik,      meski gelar akademik dan kemampuanmu tidak kurang Engkau tidak protes ketika suamimu sedang frustrasi dengan tugas-tugasnya,      meski mungkin tugas-tugasmu sebagai ibu rumah tangga tidak kalah beratnya Engkau rela tidurmu terganggu oleh teriakan dan tangisan anakmu,      meski dia tidak membawa nama keluargamu sebagai nama belakangnya Engkau rela menggantikan peran ayah ketika suamimu sedang dikejar tenggat waktu,      meski engkau sendiri pun sudah 'mati gaya' untuk memenuhi permintaan anakmu Engkau rela waktu dan perhatian suamimu acapkali lebih besar untuk anakmu,      meski engkau sudah memberikan perhatian yang tidak sedikit untuk suamimu Engkau rela keinginanmu studi lanjut ditunda lagi untuk waktu yang tidak ditentukan,      meski engkau baru saja

Habitus Memuji Tuhan

Kita semua tahu bahwa mengulang-ulang ( repeating ) adalah cara klasik namun efektif untuk membentuk sebuah kebiasaan ( habit ) yang baru. Jika kita telusuri, maka kehidupan kita sesungguhnya dibentuk oleh beragam kebiasaan. Lucky adalah seseorang yang menyukai masakan chinese , oleh karena sejak kecil hingga dewasa dia berulangkali (baca: lebih sering) mengonsumsi chinese food dibanding jenis lainnya. Tentu yang paling "berjasa" dalam hal ini adalah mama saya, dengan menu masakannya yang selalu membuat saya homesick :) Sebagai orangtua, saya dan istri pun mengaplikasikan "cara klasik" tersebut untuk mendidik anak kami. Kami mengajarkan dia menyapa orang lain, makan 3x sehari, dan yang paling susah hingga hari ini, mengajarkan dia tidur tepat waktu di malam hari. Maklum, ada unsur genetis di sini :) Yang jelas, apa yang kami lakukan sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Jadi, tidaklah berlebihan jika ada orang pernah berkata: "Kalau mau tah

Ibadah yang Bermakna dan Memaknai Ibadah

Hari ini (13/9) adalah hari Minggu yang kelima bagi kami di Grand Rapids. Sejak minggu yang pertama, kami beribadah di Christian Reformed Church, cabang Church of the Servant (COS). Bagi yang ingin mengenal lebih lanjut gereja ini, silakan klik di  sini . Singkatnya, ini adalah gereja lokal yang mewarisi tradisi Gereja Reformed Belanda (Dutch Reformed Church). Alasan kami memilih gereja ini menjadi "rumah rohani" di Grand Rapids sangatlah sederhana: karena kami mengenal Worship Director -nya, dan karena mereka menggarap liturgi ibadah dengan serius dan kreatif. Kami bersyukur karena Minggu lalu kami bisa melayani sebagai pemusik di Basic English Service, dan hari ini sebagai Paduan Suara di Standard English Service. Ya, betul! Kami tidak mau hanya jadi pengunjung, sebab kami yakin bahwa orang Kristen adalah anggota tubuh Kristus. Di manapun kami berada, maka kami harus melakukan bagian kami demi kebaikan tubuh Kristus, dan demi kemuliaan Kristus. Pagi ini, saya kembali

Convocation

Kemarin pagi (9/9), semester musim gugur di Calvin Seminary telah dimulai dengan ibadah bersama. Diiringi dengan organ pipa, para dosen, staf, dan mahasiswa bersama-sama mengagungkan Tuhan, Raja di atas segala raja. Kali ini, Prof. Mary VandenBerg, wakil dekan akademik, yang menyampaikan pesan. Beliau memberi judul pesannya "Jadikan Mereka Seperti Pohon," yang didasarkan pada Mazmur 1. Ada dua hal penting yang saya catat. Pertama , beliau mengajak kami untuk senantiasa ingat bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang "menanam" kami semua di Calvin Seminary. Keberadaan kami di sini bukanlah kebetulan, melainkan ada maksud khusus dari Tuhan. Kedua , sebagaimana pohon yang subur karena ditanam di tepi aliran air, maka beliau mengajak kami untuk mengizinkan Tuhan yang memberi pertumbuhan dalam diri kami. Bagaimana caranya? Memberi ruang bagi Tuhan untuk bekerja, kapanpun, dengan cara apapun. Setelah menaikkan doa syafaat, ada sebuah bagian yang spesial buat saya, yaitu Lit

Pembelajar Teologi: Sebuah Refleksi Pribadi

" The study of theology has never been an easy task. Writers in past ages of the church . . . have declared with a notable uniformity that the study of theology calls for a complete devotion on the part of the student. They were convinced that it demands a mastery of tools and sources, a grasp of language and philosophy, and an openness to, indeed, a desire for inward, spiritual formation and development. " "Studi teologi tidaklah pernah mudah. Para penulis di gereja masa lampau . . . telah mendeklarasikan dengan cukup serempak bahwa studi teologi menuntut pengabdian yang utuh dari pihak si pembelajar. Mereka yakin bahwa studi tersebut menuntut penguasaan berbagai perangkat dan sumber,  pemahaman terhadap bahasa dan filsafat, dan sebuah keterbukaan, sebuah kerinduan terhadap perkembangan dan formasi spiritual yang sifatnya dari dalam." Kalimat di atas dikutip dari tulisan Richard A. Muller, seorang ahli teologi historika di Calvin Theological Seminary (

Berbagi Cerita

Kira-kira beberapa jam yang lalu, di hari Senin minggu yang lalu (12/8), kami meninggalkan Jakarta. Lepas landasnya pesawat All Nippon Airways (NH 836) jam 6.15 pagi, menandai dimulainya sebuah babak baru bagi kami sekeluarga. Oleh anugerah Tuhan dan dukungan anak-anak Tuhan di GKY Mangga Besar, kami berangkat menuju sebuah sekolah yang sudah kami doakan sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu Calvin Theological Seminary di Grand Rapids, Michigan, USA. Rute pertama penerbangan kami adalah dari Jakarta menuju Narita, Jepang. Bolak-balik kami melihat jam tangan, kok sepertinya jarumnya bergerak amat sangat lambat. Maklum ini adalah perjalanan pertama kami dengan pesawat terbang yang durasinya melebihi 3 jam. Setelah 7,5 jam, tibalah kami di Narita. Selain toilet, hal pertama yang kami cari adalah free wi-fi , supaya bisa memberi kabar kepada keluarga di Balikpapan dan Malang. Rasanya belum puas kaki ini menjejak di darat, kami sudah harus terbang lagi. Setelah transit di Narita se

Youth on Fire

Saya selalu terharu setiap kali berkesempatan untuk melayani anak-anak muda. Semangat mereka yang membara, kehausan mereka yang besar akan cinta Tuhan, dan keberanian mereka yang total, acap membuat saya bersyukur akan kehadiran mereka di dalam tubuh Kristus. Bukan berarti saya tidak terharu dan bersyukur ketika melihat jemaat yang senior masih setia melayani. Namun anak-anak muda membawa kesan yang spesial di hati saya. Mungkin karena saya pernah dan masih muda, dan belum menjadi tua. Sabtu lalu (20/6), GKY merayakan penyertaan Tuhan bagi gereja-Nya selama 70 tahun. Hari itu, sekitar 6000 lebih jemaat dari berbagai lokal serta para undangan bersama-sama menyembah Tuhan yang adalah Kepala Gereja. Saya bersyukur karena di tengah-tengah masa transisi, Tuhan memberi kesempatan untuk saya boleh berbagian di dalam sukacita seluruh jemaat GKY. Tepat di penghujung ibadah syukur, ada satu bagian yang sangat mengharukan, dan lagi-lagi ini berhubungan dengan anak-anak muda. Sekitar 500

Berikan Aku Beberapa Pelayan Tuhan yang "Jadul"

Saya harus mengakui bahwa aktivitas pelayanan di Jakarta lebih tinggi dibanding sebelumnya. Selain harus berkantor, saya dianugerahi beragam tugas yang harus diselesaikan dalam waktu dekat.  Konon katanya karena saya bukanlah orang baru di ladang ini. Namun secara sadar, saya tetap berupaya untuk tidak tenggelam dalam rutinitas.  Maka menorehkan tulisan di blog menjadi semacam "penolakan" terhadap kekuatan kesibukan  yang berpotensi menumpulkaan kepekaan terhadap ke-mahahadir-an Tuhan dalam hidup saya    Dan mungkin karena aktivitas yang padat, maka tulisan yang panjang diperlukan untuk memperkuat efek "penolakan" :) Kemarin malam, sewaktu rehat sejenak dari belajar mandiri, saya menemukan sebuah tulisan menarik.  Tulisan adalah artikel yang disumbangkan oleh Rev. Albert Ting, mantan rektor Singapore Bible College, kepada beberapa pendeta GKY yang masuk masa emeritasi atau pensiun.  Berdasarkan penelusuran, artikel ini rupanya pernah muncul di situs resmi SBC