Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Gereja dan Ibu

Dua minggu terakhir ini, saya sedang membaca sebuah buku berjudul Christianity in Roman Africa: The Development of Its Practices and Beliefs  (Grand Rapids: Eerdmans, 2014). Kebetulan dosen saya di CTS, Dr. John Witvliet, yang menyuruh saya untuk menghabiskan buku setebal 670 halaman ini selama liburan musim dingin, sewaktu saya meminta panduan beliau untuk studi mandiri saya. Ada beberapa hal menarik dari buku ini, khususnya karena buku ini mencatat sejarah perkembangan ritual dan teologi di gereja-gereja di Afrika Utara, dari kira-kira abad ke-2 hingga abad ke-7. Meski khususnya penting bagi mereka yang mendalami ibadah, buku ini juga penting karena berpusat pada 3 tokoh penting dalam sejarah gereja: Tertullian, Cyprian, dan Augustine. 1 bab dari buku ini khusus mengulas bukti-bukti arkeologis yang dapat memberikan gambaran ritual-ritual yang dipraktikkan gereja pada masa itu, seperti bentuk bangunan gereja, ornamen-ornamen dan arsitekturnya, termasuk kolam baptisan dan kuburan.

Mengapa Mendalami Ibadah?

Itu adalah pertanyaan yang beberapa kali dikemukan kepada saya, ketika saya mengisahkan rencana saya untuk studi lanjut, dan bidang apa yang akan saya tekuni. Cukup banyak yang mengapresiasi bahkan mendukung pilihan saya. Tetapi ada juga yang merasa heran: "Apa perlu sampai sekolah lagi, jauh-jauh ke Amerika, dengan biaya yang besar, hanya untuk belajar tentang ibadah?" Ada pula yang bertanya-tanya: "Untuk apa lulusan teologi, seorang rohaniwan purnawaktu di gereja yang kebanyakan tugasnya seputar mengajar dan berkhotbah, lalu mengambil gelar di bidang ibadah? Mestinya serahkan saja bidang itu kepada mereka yang lulusan musik gereja." Juga ada yang berkomentar: "Oh Th.M (Master of Theology) bidang ibadah? Memangnya ada ya? Bukannya ibadah itu urusan praktis dan bukan akademik ya? Berarti mendalami yang praktis-praktis saja dong?" Dan tentu saja ada yang berpikir: "Bakal mendalami musik ya?" (sebab mereka tahu saya suka dan bisa bermain musik).

Christ Be My Light: Resolusi 2016

Banyak orang menutup tahun 2015 dan membuka tahun 2016 dengan membuat resolusi. Resolusi seakan telah menjadi aktivitas rutin di penghujung atau pembuka tahun. Saya sendiri tidak terlalu memikirkan secara spesifik apa yang menjadi resolusi saya tahun ini. Salah satu alasannya sangat sederhana: saya berulangkali gagal mewujudkannya. Namun pagi ini, saya terdorong untuk membuat sejenis "resolusi." Celakanya, ini tidak lebih sederhana dari resolusi-resolusi yang pernah saya buat, dan yang gagal saya wujudkan di tahun-tahun sebelumnya. Begini ceritanya: Mungkin tidak banyak yang tahu (khususnya di Indonesia) bahwa tanggal 6 Januari adalah hari yang spesial di dalam sejarah gereja. Berabad-abad gereja memperingati hari raya yang disebut "Epiphany" ini. Sayangnya, kebanyakan gereja modern lebih menonjolkan Natal dan Paskah daripada Epiphany. Singkatnya, Epiphany berasal dari kata Yunani yang bisa diterjemahkan sebagai "menyatakan ( to reveal )," atau &quo