![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzEpPof6J6WuBEwLS579TLEv2o5omqAlIF3TEPSNprsn-ohe41dcgvyWAlfF13D3QjbKf2Qh2oXh-OQsCFF522DJRqjfWNjHaviw7D8Z5QtaRPnygHUvmy117r3MOqzNxuRuk1m9nXhKM/s200/karet.jpg)
Dari kemarin (10/11) saya terus mencari apa yang spesial di hari itu. Bukan! Saya tidak mencari hadiah atau kue ulang tahun, meskipun itu adalah hari ulang tahun saya. Ngomong2, sebelum lupa, terima kasih untuk teman-teman yang sudah mengucapkan selamat maupun mendoakan saya. Yang saya cari adalah apa pesan khusus dari Tuhan yang perlu saya refleksikan di hari yang bersejarah dan tidak akan terulang lagi ini. Well, tampaknya tidak ada. Kebetulan kami sekeluarga sedang sibuk. Anak di sekolah, istri ada beberapa pertemuan, saya bergulat dengan Martin Luther. Hari yang spesial diakhiri dengan kerja membersihkan toilet di kampus.
Pagi tadi (11/11), saya dan istri ikut kebaktian di kampus. Dosen kami, Dr. Jeff Weima, yang berkhotbah. Dia membahas teks yang sudah pernah beberapa kali saya khotbahkan, sehingga jujur saya tidak berharap banyak. Jangan salah sangka! Saya tidak berharap banyak bukan karena pengkhotbahnya, sebab dia adalah salah satu pembicara terbaik di sini. Saya tidak berharap banyak sebab saya rasa saya sudah cukup tahu apa yang dibicarakan dalam teks tersebut. Dan memang dugaan saya tidak terlalu meleset. Sebagian besar saya sudah tahu.
Namun ada satu momen yang bagi saya berbicara sangat kuat. Dr. Weima mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya. Sebuah karet gelang. Saat itu dia sedang berbicara tentang frasa di dalam teks yang mengatakan bahwa Tuhan bekerja di dalam diri kita melampaui daya pikir kita. Di sini poin-nya! Sembari memegang karet gelang itu, dia mengucapkan kalimat yang secara bebas saya simpulkan:
"Karet gelang ini adalah benda yang sebenarnya tidak berguna. Bahkan ini adalah benda yang habis-habisin tempat. Ia hanya akan berguna jika ia digunakan sesuai dengan tujuannya, dan itu berarti dia harus diregangkan. Dengan kata lain, karet gelang ini akan berguna jika ia elastis. Kita baru bisa berguna bagi Tuhan jika kita cukup elastis untuk diregang oleh Tuhan."
Makjleb...! Kalimat itu seolah begitu menohok dan menggugah saya. Dalam hati saya berkata: "Iya ya Tuhan, aku tidak perlu jadi macam-macam untuk bisa dipakai Tuhan. Cukup jadi 'karet gelang-Mu.'"
Kuncinya adalah apakah saya cukup elastis, sehingga mau ditarik sekuat apapun saya tidak keberatan. Mau dipelintir berkali-kalipun saya bersedia. Bahkan, mau dipakai untuk mengikat nasi bungkus sekalipun saya rela. Sederhana, tetapi bukan perkara mudah. Sebab saya tahu seringkali saya berkeras pada apa yang saya pikir baik. Saya mati-matian tidak mau melunak sedikitpun untuk sesuatu yang menguntungkan saya. Saya terkadang terlalu kaku, sehingga keberadaan saya tak ubahnya hanya menuh-menuhin tempat saja.
Apakah iman saya cukup elastis ketika doa saya tidak dikabulkan? Apakah pengharapan saya cukup elastis ketika beban hidup terasa berat? Apakah kasih saya cukup elastis ketika tuntutan kesibukan begitu menyita perhatian? Kyrie Eleison! Have mercy on me, Lord!
Maka, itulah doa dan permohonan saya di hadapan Tuhan. Bukan untuk jadi apa-apa. Cukup jadikan aku karet gelang-Mu, Tuhan!
Comments
Post a Comment