Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Dear Adik-adikku

21 tahun lalu, tidak ada satupun dari antara kita berempat yang berani bermimpi untuk duduk di bangku kuliah.  Kita sama-sama tahu, dengan kondisi ekonomi keluarga kita yang morat-marit sejak 2 tahun sebelumnya, untuk biaya sekolah saja kita harus memohon keringanan.  Aku masih ingat, uang SPP-ku waktu itu hanya Rp.16.000 per bulan.  Itupun berat untuk kita.  Ditambah dengan berpulangnya papa kita yang terkasih, kita semua sadar bahwa kita hanya punya satu tujuan: menamatkan SMA dan bekerja.  Selagi kita masih belum mampu menghasilkan uang, satu-satunya yang kita bisa lakukan waktu itu adalah mengeluarkan uang sesedikit mungkin dari yang sudah sedikit itu.  Tentu saja ada banyak orang-orang yang senasib dengan kita, atau malah lebih susah hidupnya.  Namun masih teringat jelas waktu aku SMP, aku tidak punya uang mengganti sepatuku yang sudah ‘minta makan’.  Temanku, Andhika, dia yang memberikan sepatu bekasnya untukku. Kakak kelasku, Joseph, dia m...

Latihan Rohani di WC

Dulu sewaktu di seminari, saya sering mendengar kisah perjuangan para dosen yang pernah menempuh studi lanjut di Amerika. Salah satu cerita yang paling umum selain berjuang untuk beradaptasi adalah berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ya, mereka harus belajar sambil bekerja di kampus. Bekerja sebagai janitor atau tukang bersih-bersih adalah jenis pekerjaan yang relatif paling mudah didapatkan mengingat pekerjaan di kampus sangat terbatas. Dan itulah yang mereka kerjakan! Dulu saya sulit membayangkan mereka yang adalah dosen saya harus bekerja sebagai janitor . Namun sekarang, saya pun menjalani kisah yang sama dengan mereka. Sudah sekitar 6 bulan lamanya saya bekerja membersihkan WC di kampus. Salah seorang teman di sini pernah nyeletuk dengan nada bercanda: "Kerja janitorial menolong kita untuk tetap rendah hati." Saya setuju dengan beliau. Bukan berarti menjadi janitor adalah pekerjaan yang lebih rendah, sebab setidaknya di sini, membersihkan WC dan menjadi asist...