Skip to main content

Convocation

Kemarin pagi (9/9), semester musim gugur di Calvin Seminary telah dimulai dengan ibadah bersama. Diiringi dengan organ pipa, para dosen, staf, dan mahasiswa bersama-sama mengagungkan Tuhan, Raja di atas segala raja. Kali ini, Prof. Mary VandenBerg, wakil dekan akademik, yang menyampaikan pesan. Beliau memberi judul pesannya "Jadikan Mereka Seperti Pohon," yang didasarkan pada Mazmur 1. Ada dua hal penting yang saya catat. Pertama, beliau mengajak kami untuk senantiasa ingat bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang "menanam" kami semua di Calvin Seminary. Keberadaan kami di sini bukanlah kebetulan, melainkan ada maksud khusus dari Tuhan. Kedua, sebagaimana pohon yang subur karena ditanam di tepi aliran air, maka beliau mengajak kami untuk mengizinkan Tuhan yang memberi pertumbuhan dalam diri kami. Bagaimana caranya? Memberi ruang bagi Tuhan untuk bekerja, kapanpun, dengan cara apapun.

Setelah menaikkan doa syafaat, ada sebuah bagian yang spesial buat saya, yaitu Litani Pujian dan Dedikasi. Ada beberapa kalimat yang secara khusus berbicara kepada saya, dan sekaligus menjadi doa saya:
Gracious God, we praise your name; we worship and adore you
Grant us grace to see your presence; be with us today and always

Bagian ini mengingatkan saya bahwa hal terpenting selama saya hidup di sini adalah mengalami kehadiran Allah Imanuel, yang selalu beserta dengan saya dan keluarga.

Train our minds, that we may redeem the time and serve you fully
Bless our thoughts and our thinking, that you may be glorified

Bagian ini mengingatkan saya bahwa fokus utama di seminari adalah untuk melatih serta menjaga akal dan pikiran saya demi kemuliaan nama Tuhan.

Teach us the pleasures of insight, wisdom and obedience
Grant us humility and integrity to be stewards of all your good gifts

Bagian ini mengingatkan saya bahwa di atas segala hal yang saya pelajari, nikmati, dan capai, semuanya tidak berarti tanpa kerendahan hati dan integritas.

Di penghujung ibadah, kami bersama-sama diundang untuk menaikkan pujian penutup. Ajaib, sebab lagu yang berbicara kepada saya di chapel yang sama, kembali dinaikkan dan sekali lagi berbicara dengan lembut tetapi dahsyat. Begini liriknya:

Speak O Lord, as we come to You, to receive the food of your Holy Word
Take Your truth, plant it deep in us, shape and fashion us in Your likeness
That the light of Christ might be seen today in our acts of love and our deeds of faith
Speak O Lord, and fulfil in us all Your purposes for Your glory

Teach us Lord full obedience, holy reverence, true humility
Test our thoughts and our attitudes in the radiance of Your purity
Cause our faith to rise, cause our eyes to see Your majestic love and authority
Words of power that can never fail, let their truth prevail over unbelief

Speak O Lord, and renew our minds, help us grasp the heights of Your plan for us
Truths unchanged from the dawn of time that will echo down through eternity
And by grace we'll stand on Your promises, and by faith we'll walk as You walk with us
Speak O Lord, 'til Your church is built, and the earth is filled with Your glory

Cukup sudah! Sangat jelas untuk saya. Tuhan sedang mengejar saya yang seringkali tak ubahnya domba yang nakal, yang suka memilih jalan saya sendiri. Kali ini, saya mengaku kalah. Saya memutuskan untuk menyerah, pasrah di dalam genggaman anugerah Tuhan. Bukan sekadar supaya saya bisa menanggalkan segala hal yang perlu dibersihkan dari diri ini, tetapi supaya makin mengalami Tuhan yang mengasihi saya.

~Merayakan 30 hari di Grand Rapids~

Comments

Popular posts from this blog

El-Shaddai di Tengah Rapuhnya Hidup

Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Fakta ini kian disadari dan diakui akhir-akhir ini oleh manusia di seluruh belahan bumi.  Tidak perlu gelombang laut sedahsyat Tsunami, atau gempa bumi sebesar 9 skala Richter.  Hanya sebuah virus yang tidak kasat mata, tapi cukup digdaya untuk melumpuhkan hampir seluruh segi kehidupan, termasuk nyawa kita.  Saking rapuhnya hidup ini, sebuah virus pun sudah terlalu kuat untuk meluluhlantakkannya.  Semua kita rapuh, tidak peduli latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial kita. Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Bagaimana kita bisa menjalani fakta ini?  Bagaimana kita bisa merangkul realitas ini, tanpa membiarkannya menggerogoti harapan hidup kita?  Tidak ada jalan lain: Kembali kepada Tuhan!  Kembali pada firman-Nya! Salah satu cara efektif yang bisa menolong kita untuk kembali kepada Tuhan dan firman-Nya adalah dengan memuji Tuhan.  Puji-pujian yang baik dapat mengarahkan, s...

Istriku

Engkau tidak marah ketika orang lain memanggilmu Ibu Lucky,      meski nama yang diberikan orangtuamu mungkin lebih indah Engkau tidak keberatan ketika harus lebih banyak mengerjakan urusan domestik,      meski gelar akademik dan kemampuanmu tidak kurang Engkau tidak protes ketika suamimu sedang frustrasi dengan tugas-tugasnya,      meski mungkin tugas-tugasmu sebagai ibu rumah tangga tidak kalah beratnya Engkau rela tidurmu terganggu oleh teriakan dan tangisan anakmu,      meski dia tidak membawa nama keluargamu sebagai nama belakangnya Engkau rela menggantikan peran ayah ketika suamimu sedang dikejar tenggat waktu,      meski engkau sendiri pun sudah 'mati gaya' untuk memenuhi permintaan anakmu Engkau rela waktu dan perhatian suamimu acapkali lebih besar untuk anakmu,      meski engkau sudah memberikan perhatian yang tidak sedikit untuk suamimu Engkau rela keinginanmu studi la...

Habitus Memuji Tuhan

Kita semua tahu bahwa mengulang-ulang ( repeating ) adalah cara klasik namun efektif untuk membentuk sebuah kebiasaan ( habit ) yang baru. Jika kita telusuri, maka kehidupan kita sesungguhnya dibentuk oleh beragam kebiasaan. Lucky adalah seseorang yang menyukai masakan chinese , oleh karena sejak kecil hingga dewasa dia berulangkali (baca: lebih sering) mengonsumsi chinese food dibanding jenis lainnya. Tentu yang paling "berjasa" dalam hal ini adalah mama saya, dengan menu masakannya yang selalu membuat saya homesick :) Sebagai orangtua, saya dan istri pun mengaplikasikan "cara klasik" tersebut untuk mendidik anak kami. Kami mengajarkan dia menyapa orang lain, makan 3x sehari, dan yang paling susah hingga hari ini, mengajarkan dia tidur tepat waktu di malam hari. Maklum, ada unsur genetis di sini :) Yang jelas, apa yang kami lakukan sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Jadi, tidaklah berlebihan jika ada orang pernah berkata: "Kalau mau tah...