Masa Prapaskah tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dan mungkin tahun-tahun sesudahnya. Perasaan berbeda ini akan memuncak di Jumat depan, yaitu di peringatan Jumat Agung. Berbeda, karena biasanya di masa ini, ada begitu banyak ibadah khusus di gereja menjelang peringatan Jumat Agung dan Paskah. Tapi kali ini, sejak Minggu Prapaskah ke-3, gereja-gereja terpaksa mulai mengalihkan kebaktian di gereja ke ibadah online. Bahkan sudah hampir pasti, Jumat Agung dan Paskah tahun ini terpaksa dilakukan secara online. Seketika, segala persiapan dan perencanaan harus diubah, bahkan dibatalkan, demi menyesuaikan situasi. Bagi sebagian besar orang, ini pertama kalinya kita terpaksa beribadah Jumat Agung dan Paskah di rumah. Berbeda, karena biasanya di masa ini, upaya untuk menyelami penderitaan Kristus yang tersalib itu seringkali hanya sebatas latihan mental ( mental exercise ), yaitu sebatas membayangkan betapa ngerinya penderitaan dan kematian yang harus dialami oleh seseorang...
Hidup ini ibarat sebuah perjalanan. Tiap orang akan menapaki rute yang berbeda. Namun ketika jalan di depan kita tampak suram, muncul pertanyaan yang sama: " Mengapa kita tidak bisa menjauh dari jalan kehidupan yang terjal dan melelahkan ini? Sampai kapan rute perjalanan yang membuat langkah kaki ini terseok-seok akan berakhir?" Bukankah dua pertanyaan ini -- why and how long -- sering muncul akhir-akhir ini, khususnya ketika jumlah korban positif Covid-19 kian menanjak tajam, dan yang menjadi korban adalah orang-orang yang dekat dengan kita? Kabar buruknya, kita tidak selalu mendapatkan jawaban yang memuaskan atas dua pertanyaan ini. Tetapi kabar baiknya, sesungguhnya kita tidak pernah berjalan sendirian. Ada Tuhan yang berjalan bersama dengan kita. Ada Tuhan, Sang Pembuat jalan kehidupan itu, yang menemani kita di sepanjang jalan hidup ini. Maka tidaklah berlebihan jika sebuah lagu menyatakan bahwa perjalanan kehidupan anak-anak Tuhan sesungguhnya adalah: 恩典之路 /Jal...