Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

Jonathan Edwards

Sinners in the Hands of an Angry God , mungkin adalah salah satu khotbah yang paling fenomenal di dalam sejarah gereja Kristen, khususnya di Amerika.  Khotbah yang disampaikan kepada jemaat di Enfield, Connecticut, pada tanggal 8 Juli 1741 ini terambil dari teks Ul. 32:35.  Mungkin kita membayangkan khotbah tersebut disampaikan dengan nada yang setengah berteriak, mata melotot, dan tangan yang menunjuk-nunjuk ke arah jemaat. Namun sebenarnya menurut Wiersbe, hari itu Edwards berkhotbah sebagaimana biasanya: tenang, cenderung membaca naskah, dan hampir tidak menatap jemaat.  Saya yakin sebagian besar orang Kristen di zaman sekarang tidak tertarik dengan gaya khotbah Edwards. Tapi hari itu sebuah kebenaran yang kerap dilupakan oleh banyak orang dinyatakan oleh Tuhan: Roh Kudus bisa bekerja dengan luar biasa dengan cara-cara yang nampaknya biasa di mata manusia. Jonathan Edwards dilahirkan di sebuah keluarga pendeta pada tanggal 5 Oktober 1703 di East Windsor, Connecticut.  Ayahnya

Matthew Henry

Sebagaimana catatan yang saya posting  di FB beberapa hari lalu, dalam beberapa waktu ke depan  blog saya akan didominasi oleh beberapa tokoh Kristen di masa lampau.  Saya berhutang banyak pada karya Warren Wiersbe, 10 People Every Christian Should Know: Learning from Spiritual Giants of the Faith  (Kindle Edition; Grand Rapids: Baker, 2011). Sama seperti Wiersbe, kita akan mulai dengan seorang tokoh besar bernama Matthew Henry. Sebagian kecil orang Kristen dan sejumlah besar mahasiswa teologi, dosen teologi, dan pendeta, pasti pernah membaca tafsiran Alkitab karya Matthew Henry. Tafsiran Henry begitu terkenal sampai-sampai George Whitefield, pengkhotbah terkenal di tahun 1700an, selalu membawa buku ini kemana pun dia pergi.  Bahkan Charles Spurgeon, pengkhotbah ternama di tahun 1800an pernah merekomendasikan agar setiap pemberita Injil membacanya secara menyeluruh paling tidak sekali seumur hidup. Matthew Henry lahir di Broad Oaks, Shropshire, Inggris pada tanggal 18 Oktober 16

Lilian Natalie Susanto

“Anggota keluarga ‘Susanto’ yang mempersembahkan hidupnya dengan kemurnian,” itulah arti nama anak kami.  Lilian diambil dari bunga lily yang melambangkan “ purity ,” Natalie berasal dari kata Ibrani “ nathan ” yang berarti “ to give ,” sementara Susanto adalah nama belakang almarhum papa saya.  Ada dua alasan utama mengapa kami memberikan anak kami nama tersebut.   Alasan Praktikal: Nama pertama haruslah diawali dengan huruf “L” karena nama papanya dimulai dengan huruf “L.”  Setelah beberapa kali upaya persuasif, menyerahlah istri saya :) Nama pertama harus simple untuk ditulis karena orang Indonesia sering salah ketik/tulis nama orang lain, dan pronounciation -nya harus sama, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (bandingkan dengan nama saya yang pelafalannya berbeda dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; jadi bikin bingung) Nama terdiri dari tiga kata karena istri saya mau anak kami punya family name ; memang penting sih untuk mengurus dokumen-dokumen res