Skip to main content

Lilian Natalie Susanto

“Anggota keluarga ‘Susanto’ yang mempersembahkan hidupnya dengan kemurnian,” itulah arti nama anak kami.  Lilian diambil dari bunga lily yang melambangkan “purity,” Natalie berasal dari kata Ibrani “nathan” yang berarti “to give,” sementara Susanto adalah nama belakang almarhum papa saya.  Ada dua alasan utama mengapa kami memberikan anak kami nama tersebut.  

Alasan Praktikal:
  • Nama pertama haruslah diawali dengan huruf “L” karena nama papanya dimulai dengan huruf “L.”  Setelah beberapa kali upaya persuasif, menyerahlah istri saya :)
  • Nama pertama harus simple untuk ditulis karena orang Indonesia sering salah ketik/tulis nama orang lain, dan pronounciation-nya harus sama, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (bandingkan dengan nama saya yang pelafalannya berbeda dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; jadi bikin bingung)
  • Nama terdiri dari tiga kata karena istri saya mau anak kami punya family name; memang penting sih untuk mengurus dokumen-dokumen resmi
Alasan Konseptual:
  • Susanto kami berikan bukan hanya sekadar menjadi family name, tetapi merupakan tribute saya sebagai anak tertua dalam keluarga kepada papa saya yang tidak sempat melihat anaknya lulus kuliah, menikah, dan punya anak, karena dia sudah kembali ke rumah yang kekal.  Maka kami ingin agar anak kami bangga terlahir di tengah keluarga Susanto
  • Sama seperti orangtua pada umumnya, kami pun ingin agar nama anak kami punya arti yang bagus, sehingga dia bisa bangga dengan namanya
  • Nama tersebut juga mewakili doa dan kerinduan saya dan istri bahwa di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan hal-hal yang artifisial, anak kami bisa dipakai oleh Tuhan bukan karena kemampuannya, tetapi terutama karena kemurnian hati yang dipersembahkan kepada Tuhan

Hari ini Lilian tepat berusia 3 tahun.  Meski dilahirkan di Indonesia sebagai orang Indonesia, 2/3 masa hidupnya justru dihabiskan di Singapore.  Suatu kali kami berlibur ke Indonesia, dia pernah minta pulang ke rumahnya.  Di mana rumahnya?  Singapore!  Tapi saya rasa dia ada benarnya.  Dia baru berusia 1 tahun sewaktu kami dipindahtugaskan ke Singapore.  Dia belajar berjalan di Singapore.  Dia belajar bicara juga di Singapore.  Untung dia ga ngomong Sing-Lish :)

Kami bersyukur karena Tuhan menganugerahkan Lilian dengan kesehatan yang baik dan kemampuan untuk belajar dengan cepat. Kami pun bersyukur karena Tuhan mengabulkan doa kami dengan memberikan anak yang tidak suka menangis, aktif dan berani, serta iseng.  Kombinasi tersebut menolong kami untuk melihat kehidupan dengan sudut pandang yang beragam.

Apakah dia telah berhasil hidup sebagaimana nama yang dia sandang?  Untuk saat ini kami tidak tahu karena terlalu dini untuk membuat kesimpulan.  Tetapi yang jelas, kami sadar bahwa berhasil atau tidaknya dia sangat ditentukan oleh peranan yang kami mainkan sebagai orangtua.  Apakah saya dan istri hidup dengan penuh kemurnian di hadapan Tuhan dan sesama?  Apakah kami betul-betul mempersembahkan hidup kami kepada Tuhan untuk rela dibentuk dan dipakai oleh Tuhan?  Cara kami menjawab dua pertanyaan tersebut akan mempengaruhi keberhasilan Lilian.  Kabar buruknya, dia hidup bersama kami dan menjadi CCTV alami yang merekam setiap tindak-tanduk kami, termasuk kelemahan dan kegagalan kami.  Namun kabar baiknya, dia bukan milik kami.  Dia milik Tuhan.  Ada anugerah Tuhan yang melampaui kelemahan kami yang akan menopang dia.  Doakan kami agar kami bisa menjadi teladan bagi Lilian!


Singapore, 17 Oktober 2014

Comments

Popular posts from this blog

El-Shaddai di Tengah Rapuhnya Hidup

Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Fakta ini kian disadari dan diakui akhir-akhir ini oleh manusia di seluruh belahan bumi.  Tidak perlu gelombang laut sedahsyat Tsunami, atau gempa bumi sebesar 9 skala Richter.  Hanya sebuah virus yang tidak kasat mata, tapi cukup digdaya untuk melumpuhkan hampir seluruh segi kehidupan, termasuk nyawa kita.  Saking rapuhnya hidup ini, sebuah virus pun sudah terlalu kuat untuk meluluhlantakkannya.  Semua kita rapuh, tidak peduli latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial kita. Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Bagaimana kita bisa menjalani fakta ini?  Bagaimana kita bisa merangkul realitas ini, tanpa membiarkannya menggerogoti harapan hidup kita?  Tidak ada jalan lain: Kembali kepada Tuhan!  Kembali pada firman-Nya! Salah satu cara efektif yang bisa menolong kita untuk kembali kepada Tuhan dan firman-Nya adalah dengan memuji Tuhan.  Puji-pujian yang baik dapat mengarahkan, sekaligus membenamkan kita dalam kebenaran-kebenaran tentang

Habitus Memuji Tuhan

Kita semua tahu bahwa mengulang-ulang ( repeating ) adalah cara klasik namun efektif untuk membentuk sebuah kebiasaan ( habit ) yang baru. Jika kita telusuri, maka kehidupan kita sesungguhnya dibentuk oleh beragam kebiasaan. Lucky adalah seseorang yang menyukai masakan chinese , oleh karena sejak kecil hingga dewasa dia berulangkali (baca: lebih sering) mengonsumsi chinese food dibanding jenis lainnya. Tentu yang paling "berjasa" dalam hal ini adalah mama saya, dengan menu masakannya yang selalu membuat saya homesick :) Sebagai orangtua, saya dan istri pun mengaplikasikan "cara klasik" tersebut untuk mendidik anak kami. Kami mengajarkan dia menyapa orang lain, makan 3x sehari, dan yang paling susah hingga hari ini, mengajarkan dia tidur tepat waktu di malam hari. Maklum, ada unsur genetis di sini :) Yang jelas, apa yang kami lakukan sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Jadi, tidaklah berlebihan jika ada orang pernah berkata: "Kalau mau tah