Skip to main content

Jalan Anugerah di Tengah Terjalnya Hidup

Hidup ini ibarat sebuah perjalanan. Tiap orang akan menapaki rute yang berbeda. Namun ketika jalan di depan kita tampak suram, muncul pertanyaan yang sama: "Mengapa kita tidak bisa menjauh dari jalan kehidupan yang terjal dan melelahkan ini? Sampai kapan rute perjalanan yang membuat langkah kaki ini terseok-seok akan berakhir?" Bukankah dua pertanyaan ini--why and how long--sering muncul akhir-akhir ini, khususnya ketika jumlah korban positif Covid-19 kian menanjak tajam, dan yang menjadi korban adalah orang-orang yang dekat dengan kita?

Kabar buruknya, kita tidak selalu mendapatkan jawaban yang memuaskan atas dua pertanyaan ini. Tetapi kabar baiknya, sesungguhnya kita tidak pernah berjalan sendirian. Ada Tuhan yang berjalan bersama dengan kita. Ada Tuhan, Sang Pembuat jalan kehidupan itu, yang menemani kita di sepanjang jalan hidup ini. Maka tidaklah berlebihan jika sebuah lagu menyatakan bahwa perjalanan kehidupan anak-anak Tuhan sesungguhnya adalah: 恩典之路/Jalan Anugerah/The Path of Grace. Begini liriknya: 

祢是我的主 引我走正
Lord You are my God, the Shepherd of my life
Kaulah Tuhanku, Kaulah Gembalaku

高山或低谷都是祢在保
Through the hills and valleys You always by my side
Di gunung lembah Kau s'lalu jagaku

万人中唯独 认识
Calling be by name, You've chosen me with love
Kau mengenalku, Kau mengasihiku

应许这一生都是祝福
Blessing me abundantly, Your promise will never change
Janji-Mu tak berubah, berkat-Mu penuhiku

Reff:

一步又一步 是恩典之路
Every step we take You lead us with Your grace
Tiap langkahku jalan anug'rah-Mu

祢手将我紧紧抓住
Your love, Your hands, will hold us close to You
Dengan kasih tangan-Mu dekapku

一步又一步 是盼望之路
Every step we take You lead us with Your grace
Tiap langkahku Kaulah harapanku

祢手引我走人生路
Your love, Your hands, will guide us through the path of grace
Dengan kasih tangan-Mu tuntun jalanku

Lagu besutan Stream of Praise ini sarat dengan berbagai kebenaran tentang Tuhan di dalam Alkitab. Pertama, lagu ini dimulai dengan gambaran (imagery) yang sangat akrab bagi orang Kristen, namun yang jangan-jangan sudah menjadi kabur (blur) karena kita terlalu banyak membaca dan mendengar tentang wabah Corona. Ya, jangan lupa, Tuhan adalah gembala kita, dan kita tidak akan pernah kekurangan apapun yang kita perlukanSaya tidak perlu menulis panjang-lebar soal ini. Namun jika Anda sudah lama tidak membaca Mazmur 23 dengan sikap hati berdoa (prayerful reading), maka ini saat yang tepat. Izinkan sekali lagi Mazmur ini menyadarkan kita, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku." Bahkan menapaki jurang maut sekalipun kita tetap menapaki jalan anugerah, sebab ada Tuhan bersama kita.

Kedua, di dalam lirik aslinya, yaitu bahasa Mandarin, ada satu kalimat yang sangat dalam secara teologis: 万人中唯独 认识Bahasa mandarin saya sangat amat minim. Namun ketika mencermati kata-katanya, dan dibantu oleh rekan yang sangat menguasai mandarin, bagian ini secara literal berarti: "Dari ribuan orang, Engkau mengasihiku dan mengenalku." Itulah identitas kita di sebagai orang Kristen: Kita adalah penerima anugerah Tuhan, yang ditentukan untuk berjalan dalam anugerah Tuhan. Ada banyak bagian Alkitab tentang hal ini. Salah satu ringkasan yang paling lengkap adalah Efesus 1:3-14. Izinkan sekali lagi bagian Alkitab ini mengingatkan kita bahwa perjalanan hidup yang kita tempuh adalah perjalanan di dalam anugerah Tuhan. Bahkan sebelum kita ada di dunia, selama kita di dunia, dan hingga kita meninggalkan dunia, semuanya berada di jalan anugerah Tuhan. Tidak ada yang bisa membelokkan kita dari jalan anugerah Tuhan, termasuk wabah Corona.

Ketiga, penerima anugerah yang berjalan dalam anugerah tidak identik dengan jalan yang landai dan mulus. Ada kalanya rute anugerah membawa kita ke jalan licin, berbatu, dan terjal. Namun yang indah, bagian Reff lagu ini menyatakan kebenaran yang paling kita butuhkan dalam menapaki jalan anugerah: Tangan Tuhan yang penuh kasih menuntun langkah kaki kita satu per satu. Artinya, Tuhan bukanlah Allah yang membuat peta perjalanan, dan membiarkan kita menjalaninya sendiri. Sebaliknya, Dia Allah yang berjalan bersama kita. Bahkan, Dialah yang menuntun kita saat tangan kita mulai lelah, lutut kita mulai goyah, dan semangat kita mulai patah. Dia Allah yang "memegang kita dengan tangan kanan-Nya yang membawa kemenangan." Itulah sebabnya, Ia berkata: "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan engkau, bahkan akan menolong engkau" (Yes. 41:10).

Pada waktu Anda melantunkan nada-nada lagu ini dan menghayati liriknya, ingatlah selalu bahwa terjalnya kehidupan tidak harus merenggut pengharapan kita, sebab jalan hidup kita adalah berjalan di dalam anugerah Tuhan yang sempurna dan kekal!

Comments

Popular posts from this blog

El-Shaddai di Tengah Rapuhnya Hidup

Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Fakta ini kian disadari dan diakui akhir-akhir ini oleh manusia di seluruh belahan bumi.  Tidak perlu gelombang laut sedahsyat Tsunami, atau gempa bumi sebesar 9 skala Richter.  Hanya sebuah virus yang tidak kasat mata, tapi cukup digdaya untuk melumpuhkan hampir seluruh segi kehidupan, termasuk nyawa kita.  Saking rapuhnya hidup ini, sebuah virus pun sudah terlalu kuat untuk meluluhlantakkannya.  Semua kita rapuh, tidak peduli latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial kita. Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Bagaimana kita bisa menjalani fakta ini?  Bagaimana kita bisa merangkul realitas ini, tanpa membiarkannya menggerogoti harapan hidup kita?  Tidak ada jalan lain: Kembali kepada Tuhan!  Kembali pada firman-Nya! Salah satu cara efektif yang bisa menolong kita untuk kembali kepada Tuhan dan firman-Nya adalah dengan memuji Tuhan.  Puji-pujian yang baik dapat mengarahkan, sekaligus membenamkan kita dalam kebenaran-kebenaran tentang

Habitus Memuji Tuhan

Kita semua tahu bahwa mengulang-ulang ( repeating ) adalah cara klasik namun efektif untuk membentuk sebuah kebiasaan ( habit ) yang baru. Jika kita telusuri, maka kehidupan kita sesungguhnya dibentuk oleh beragam kebiasaan. Lucky adalah seseorang yang menyukai masakan chinese , oleh karena sejak kecil hingga dewasa dia berulangkali (baca: lebih sering) mengonsumsi chinese food dibanding jenis lainnya. Tentu yang paling "berjasa" dalam hal ini adalah mama saya, dengan menu masakannya yang selalu membuat saya homesick :) Sebagai orangtua, saya dan istri pun mengaplikasikan "cara klasik" tersebut untuk mendidik anak kami. Kami mengajarkan dia menyapa orang lain, makan 3x sehari, dan yang paling susah hingga hari ini, mengajarkan dia tidur tepat waktu di malam hari. Maklum, ada unsur genetis di sini :) Yang jelas, apa yang kami lakukan sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Jadi, tidaklah berlebihan jika ada orang pernah berkata: "Kalau mau tah

Istriku

Engkau tidak marah ketika orang lain memanggilmu Ibu Lucky,      meski nama yang diberikan orangtuamu mungkin lebih indah Engkau tidak keberatan ketika harus lebih banyak mengerjakan urusan domestik,      meski gelar akademik dan kemampuanmu tidak kurang Engkau tidak protes ketika suamimu sedang frustrasi dengan tugas-tugasnya,      meski mungkin tugas-tugasmu sebagai ibu rumah tangga tidak kalah beratnya Engkau rela tidurmu terganggu oleh teriakan dan tangisan anakmu,      meski dia tidak membawa nama keluargamu sebagai nama belakangnya Engkau rela menggantikan peran ayah ketika suamimu sedang dikejar tenggat waktu,      meski engkau sendiri pun sudah 'mati gaya' untuk memenuhi permintaan anakmu Engkau rela waktu dan perhatian suamimu acapkali lebih besar untuk anakmu,      meski engkau sudah memberikan perhatian yang tidak sedikit untuk suamimu Engkau rela keinginanmu studi lanjut ditunda lagi untuk waktu yang tidak ditentukan,      meski engkau baru saja