Skip to main content

BAWA MEREKA KEPADA TERANG ITU: BERITA DI MINGGU ADVENT KETIGA

Jemaat GKY Singapore yang terkasih,

Lilin Advent yang ketiga sudah menyala di ibadah Minggu kemarin. Itu artinya hanya tinggal satu lilin lagi yang tersisa, atau satu hari Minggu lagi sebelum kita merayakan Natal di tahun ini. Satu pertanyaan penting yang harus kita refleksikan adalah: "Sudah seberapa serius kita mempersiapkan diri? Apakah kita telah berdisiplin dalam mempraktikkan pesan firman Tuhan?"

Firman Tuhan di Minggu Advent yang ketiga berbicara tentang seorang saksi yang memberi kesaksian tentang Kristus, sang Terang itu. Saksi yang dikenal dengan nama Yohanes Pembaptis itu mengajak kita untuk sekali lagi menyadari siapa diri kita dan untuk apa kita hidup. Sebagai saksi, Yohanes Pembaptis hanya punya satu tujuan dalam hidupnya: membawa orang kepada Kristus. Kehidupan seperti itulah yang juga harus kita miliki dan jalani.

Bagaimana kita bisa membawa orang kepada Kristus lewat kehidupan kita sehari-hari? Mari kita ibaratkan diri kita sebagai sebuah cermin. Fungsi utama kita adalah merefleksikan Kristus, sang Terang itu di dalam segala segi kehidupan kita. Maka sedikitnya ada dua hal praktis yang bisa kita lakukan.

Pertama, kita perlu datang kepada Tuhan setiap hari melalui membaca firman Tuhan dan berdoa. Betul, yang saya maksudkan adalah disiplin, secara sadar dan serius menyediakan waktu khusus untuk melakukan dua hal tersebut. Tanpa firman dan doa, hidup kita ibarat cermin yang kotor, penuh dengan bercak noda. Maka tidak mungkin Kristus, sang Terang itu bisa terefleksikan melalui hidup kita. Membawa orang kepada Kristus hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang dekat dan berjalan dengan Kristus setiap saat.

Kedua, cobalah untuk memberikan perhatian kecil kepada orang-orang di sekitar anda. Mungkin dengan membelikan secangkir kopi bagi kolega anda di kantor. Mungkin dengan menyapa supir bis yang anda tumpangi. Mungkin dengan merelakan kursi di bis atau MRT untuk orang lain. Cobalah kreatif. Asalkan ada tekad, pasti ada saja kesempatan untuk memberi perhatian bagi orang lain. Seringkali orang-orang yang di sekitar kita begitu bergumul di dalam dunia yang berdosa ini. Mata mereka begitu terbelenggu dengan hal-hal yang ada di dunia ini. Maka perhatian yang kita berikan ibarat mengajak dia untuk "melihat ke dalam cermin," yaitu hidup kita, dan berharap mereka bisa melihat Terang itu.

Mari kita menyongsong Minggu Advent yang keempat dengan terus-menerus merefleksikan Kristus, sang Terang, di dalam dan melalui kehidupan kita!

Rekan seperjuanganmu,

Lucky Samuel 

Comments

Popular posts from this blog

El-Shaddai di Tengah Rapuhnya Hidup

Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Fakta ini kian disadari dan diakui akhir-akhir ini oleh manusia di seluruh belahan bumi.  Tidak perlu gelombang laut sedahsyat Tsunami, atau gempa bumi sebesar 9 skala Richter.  Hanya sebuah virus yang tidak kasat mata, tapi cukup digdaya untuk melumpuhkan hampir seluruh segi kehidupan, termasuk nyawa kita.  Saking rapuhnya hidup ini, sebuah virus pun sudah terlalu kuat untuk meluluhlantakkannya.  Semua kita rapuh, tidak peduli latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial kita. Life is fragile!   Hidup ini rapuh!  Bagaimana kita bisa menjalani fakta ini?  Bagaimana kita bisa merangkul realitas ini, tanpa membiarkannya menggerogoti harapan hidup kita?  Tidak ada jalan lain: Kembali kepada Tuhan!  Kembali pada firman-Nya! Salah satu cara efektif yang bisa menolong kita untuk kembali kepada Tuhan dan firman-Nya adalah dengan memuji Tuhan.  Puji-pujian yang baik dapat mengarahkan, sekaligus membenamkan kita dalam kebenaran-kebenaran tentang

Habitus Memuji Tuhan

Kita semua tahu bahwa mengulang-ulang ( repeating ) adalah cara klasik namun efektif untuk membentuk sebuah kebiasaan ( habit ) yang baru. Jika kita telusuri, maka kehidupan kita sesungguhnya dibentuk oleh beragam kebiasaan. Lucky adalah seseorang yang menyukai masakan chinese , oleh karena sejak kecil hingga dewasa dia berulangkali (baca: lebih sering) mengonsumsi chinese food dibanding jenis lainnya. Tentu yang paling "berjasa" dalam hal ini adalah mama saya, dengan menu masakannya yang selalu membuat saya homesick :) Sebagai orangtua, saya dan istri pun mengaplikasikan "cara klasik" tersebut untuk mendidik anak kami. Kami mengajarkan dia menyapa orang lain, makan 3x sehari, dan yang paling susah hingga hari ini, mengajarkan dia tidur tepat waktu di malam hari. Maklum, ada unsur genetis di sini :) Yang jelas, apa yang kami lakukan sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Jadi, tidaklah berlebihan jika ada orang pernah berkata: "Kalau mau tah

Lilian Natalie Susanto

“Anggota keluarga ‘Susanto’ yang mempersembahkan hidupnya dengan kemurnian,” itulah arti nama anak kami.  Lilian diambil dari bunga lily yang melambangkan “ purity ,” Natalie berasal dari kata Ibrani “ nathan ” yang berarti “ to give ,” sementara Susanto adalah nama belakang almarhum papa saya.  Ada dua alasan utama mengapa kami memberikan anak kami nama tersebut.   Alasan Praktikal: Nama pertama haruslah diawali dengan huruf “L” karena nama papanya dimulai dengan huruf “L.”  Setelah beberapa kali upaya persuasif, menyerahlah istri saya :) Nama pertama harus simple untuk ditulis karena orang Indonesia sering salah ketik/tulis nama orang lain, dan pronounciation -nya harus sama, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (bandingkan dengan nama saya yang pelafalannya berbeda dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; jadi bikin bingung) Nama terdiri dari tiga kata karena istri saya mau anak kami punya family name ; memang penting sih untuk mengurus dokumen-dokumen res